loading...

Wanita Ini Berniat Minta Cerai Dari Suami, Namun Respon Suami Membuatnya Terkejut...

loading...
loading...



Hari ini aku harus berterus-terang. Menceritakan segalanya pada suami. Aku hendak memintanya untuk menceraikan aku.

Ping! Sebuah pesan masuk di Whatsapp milikku.

“Dinda jangan risau. Abang janji akan bahagiakan Dinda. Kuatkan hati, kuatkan tekad. Tak ada gunanya hidup bersama kalau sudah tak cinta.”

Pesan tersebut berasal dari seorang pria yang sudah 6 bulan ku kenali. Umurnya dua tahun lebih tua dariku. Bermula kenal dari Instagram bisnis kerudung. Dia menawarkan diri untuk jadi fotografer untuk usahaku.



Kerja sebenarnya adalah seorang arsitek di sebuah perusahaan ternama. Dari hasil foto-foto cantik yang dibuatnya, usahaku makin bertambah maju. Dalam 4 bulan saja, aku sudah mampu membayar uang muka pembelian mobil baru.

Dari hanya urusan bisnis, akhirnya hubungan kami menjadi dekat. Suamiku tak pernah mengetahuinya. Ia hanya tahu bila kami hanya sekedar rekan kerja. Suamiku mengenal pria itu. Malah, dia sendiri yang mengantarkan dan menjemput aku ke studio milik pria itu untuk sesi pemotretan.

Pria itu lalu mengutarakan rasa cintanya padaku. Aku pada mulanya berat untuk menerimanya karena statusku sudah bersuami. Namun, lama-kelamaan aku akhirnya mengakui punya rasa yang sama dengannya. Cintanya tak bertepuk sebelah tangan. Katanya, dia kagum dengan kecantikan dan kelembutanku, berpikiran dewasa dan pintar dalam berbisnis. Ahh.. aku makin terbuai olehnya.

Aku menikah di umur 21 tahun. Saat ini rumah tanggaku telah menginjak usia lima tahun. Kami juga telah dikaruniai seorang anak.

Suamiku kerjanya biasa saja. Seorang pegawai swasta. Itulah kerjanya sejak awal menikah sampai sekarang. Ia bekerja dari pagi hingga petang. Kadang sampai malam andai ada masalah di kantor.

Suamiku itu orangnya baik. Tapi, kami juga sering bertengkar. Masalahnya dia terlalu sibuk. Tidak ada waktu untuk anak dan diriku.

Ia berniat kerja lembur. Katanya hendak mencari duit lebih untuk beli rumah. Tak mau lagi tinggal di rumah kontrakan yang kita tempati saat ini. Beberapa bulan ini, ia berusaha keras untuk tujuan itu. Sering kali saat dia pulang ke rumah, aku sudah tertidur.

Aku pun tak ingin berdiam diri di rumah, dan mencoba berbisnis jual kerudung di internet. Lambat laun pendapatanku lebih lumayan dibandingkan suamiku.

Suatu hari kami bertengkar hebat. Suamiku menyangka aku hendak memamerkan penghasilanku, saat itu aku hanya ingin menunjukkan hasil yang aku dapatkan dari usahaku dengan membeli beberapa keperluan rumah. Dia merasa kecil hati.

Aku sangat malas berbantah-bantahan. Tensi aku langsung naik bila mengingat niat baik aku disalahpahami. Pertengkaran terus mengisi hari-hari kami.

Bila aku stress, aku memilih curhat kepada si fotografer jantung hati. Dia sangat memahamiku. Malahan, ia mampu menenangkan aku. Aku merasa damai di sampingnya.

Malam ini aku telah bertekad. Aku mau bercerai. Aku akan menunggunya pulang kerja.
Karena begitu lama tanpa sadar akupun tertidur. Saat aku terbangun, aku tak melihatnya di sampingku. Ku lihat motornya ada terparkir di halaman.

Aku melangkah ke kamar anakku. Nampak pintu sedikit terbuka. Sekilas ku lihat ada suamiku di dalam. Aku lalu berhenti sesaat di balik pintu untuk menantinya keluar dari kamar itu.

Ku dengar mereka sedang asyik bercerita. Telingaku menangkap jelas segala tutur kata yang mereka ucapkan.

“Ayah, kenapa ayah hanya asyik menceritakan tentang Nabi Muhammad saja?” tanya anakku.

Suamiku tersenyum dan menjawab, “Sebab ayah ingin anak ayah ini meniru Nabi. Tak ada cerita yang terbaik selain cerita Nabi. Buku cerita lain hanyalah dongeng belaka. Semua itu tidak nyata, hanyalah Khayalan. Namun, Nabi kita benar-benar ada nyata. Malah, menanti umatnya di akhirat kelak. Pahlawan kamu bukanlah ayah, bukan tokoh-tokoh komik cerita fantasi. Pahlawan kamu adalah Nabi Muhammad. Bukan sekadar cerita pengantar tidur."

"Dulu, Ayah hanya lulusan SMA. Ayah tak pandai. Ayah orang miskin. Tak ada yang menceritakan tentang Nabi pada ayah. Jadi, ayah tak ingin kamu seperti ayah. Ayah mau kamu saat dewasa jadi seperti Rasulullah. Berjaya di dunia dan akhirat. Andai suatu hari kamu tak berjaya di dunia sekalipun, kamu miskin sekalipun, Ayah harap kamu tak miskin agama. Pegang kuat apa yang ayah ucapkan ini, ya?”

Anakku mengangguk. Senyum.

“Malam ini, apa ayah punya cerita sebelum tidur?”

Si ayah menjawab ringkas, “Ada. Ada seorang ustaz berkata, kita bisa berinteraksi dengan anggota badan kita sendiri. Meminta anggota badan kita supaya melakukan hal-hal yang baik dan menghindari hal-hal yang tidak elok.”

“Seperti apa itu, ayah?”

“Misalnya, ambil waktu semenit, sambil gosok tangan, ucapkan pada tangan, ‘Hei tangan, hari ini jangan berbuat maksiat. Allah melihat.’ ‘Hai kaki, hari ini kita melangkah ke masjid ya. Usap mata juga dan bilang, ‘Wahai mata, hari ini lihatlah yang baik-baik saja. Tundukkan pandangan.’ Beritahu ke seluruh anggota badan yang selalu berbuat hal tak baik, ‘hari ini, mau takut pada Allah. Jangan buat maksiat, okay?’.”

Anakku terlihat tersenyum.

“Jadi, saya mau beritahu mata saya Ayah, ‘Wahai mata, hari ini jangan nonton banyak film kartun. Bacalah Al-Quran!’”

“Pandainya anak ayah!”

Ayah mencium dahi anaknya.

“Dah, tidur ya? Baca doa tidur sama-sama. Allahumma Bismika Ahya Wa Amut. Ya Allah, dengan nama-Mu aku hidup dan aku mati. Amin… Baiklah. Sampai ketemu besok ya.”

Ayah lalu berdiri dan hendak keluar kamar. Tiba-tiba tangan suamiku digapai anakku. Menahan langkahnya.

“Ayah sayang aku tidak?”

Ayahnya tersenyum, “Amat Sayang.”

“Sayang bunda tidak?”

“Sayang. Lebih dari yang kamu tahu. Saat ayah tiada apa-apa dalam hidup, bunda itu mau terima ayah jadi suaminya. Baik kan hati bunda? Sayang ayah pada bunda, sampai menutup mata. Sampai akhirat sana.”

Anakku tersenyum lebar sampai terlelap.

***

Suamiku lalu melangkah keluar kamar.

Langkahnya terhenti.

Ia kaget melihatku menanti di luar kamar.

Basah sudah pipi ini dengan air mata. Mengalir tanpa henti. Sungguh hati ini terusik sangat dalam. Aku tak tahu jika suamiku itu setiap malam berada di sisi anak kami bercerita tentang Rasulullah s.a.w.. Selama ini, ku sangka suamiku tidak pernah peduli.

Sungguh, aku khilaf!

Ku capai tangan suami. Ku salami tangan kasar itu.

“Apakah Bunda baik-baik saja?” Suamiku kaget seketika.

“Maafkan Bunda, ayah. Maafkan Bunda. Selama ini, Bunda sudah berlaku tak setia kepada ayah. Bunda isteri durhaka. Maafkan Bunda. Ampunkan Bunda, Ayah.” aku ingin menjerit sejadi-jadinya namun tak ingin anakku terbangun dan mengetahui apa yang terjadi.

Suamiku lalu mengusap ubun-ubun kepalaku.

“Ayah sudah lama tahu. Ayah maafkan..” Suamiku tersenyum. Tapi, ternyata wajahnya terlihat sedih.

“Bunda cinta pemuda itu? Kalau Bunda mencintainya dan sudah tak cinta ayah lagi, ayah rela korbankan kebahagiaan ayah demi melihat bunda bahagia.”

Karena terpaksa, dia rela lepaskan aku? Ya Allah... Bagai hendak hendak putus detak jantungku ketika itu. Tanganku menggigil. Dinginnya malam menjadi amat menusuk. Aku yang tadinya begitu yakin ingin bercerai, sekarang hanya bisa berdiri kaku tak berdaya. Sambil terisak-isak, ku kuatkan hati. Berusaha mengendalikan diri namun air mata tak hentinya mengalir.

“Tidak.. Tidak.. Bunda hanya mau Ayah seorang, Bunda mau ke Syurga dengan Ayah bersama anak kita,”

Lantas suamiku itu tersenyum. Kali ini riaknya ikhlas riang. Tumpah air mata lelakinya di hadapanku.

“Jangan ulang lagi.. Hargai Ayah.., janji?”

Aku mengangguk mengiyakan dan memeluknya erat.

Rupa-rupanya pertengkaran kami sebelumnya bukan karena aku mendapatkan uang lebih banyak darinya. Ia marah dan sakit hati karena mengetahui hubungan terlarang aku dan pemuda itu.

***

Tiba-tiba sebuah pesan Whatsapp masuk. Ternyata dari pria itu.

“Bagaimana? Sudah Dinda sampaikan?”

Akupun membalas pendek pesan itu.

“Maaf. Saya putuskan untuk memilih setia. Kita selesai sampai di sini. Setelah ini, suami saya sendiri yang akan jadi fotografer.”

Sebuah pesan masuk lagi.

“Tapi.. tapi-kita kan sama-sama saling mencintai! Sudah janji sehidup semati!”

Aku lalu segera menghapus program Whatsapp dari ponsel aku. Mematahkan SIM Card aku di depan suamiku saat itu juga.

Dalam hati, aku telah bertekad untuk tidak lagi melukai insan yang selama ini setia di sisiku.


Adaptasi Dari Kisah Sebenarnya
Via Ainul Na’im
loading...

0 Response to "Wanita Ini Berniat Minta Cerai Dari Suami, Namun Respon Suami Membuatnya Terkejut..."

Posting Komentar